KING COBRA (ophiophagus Hannah ).

Ular ini terbilang belum dewasa. Tetapi, siapa pun orang ( terkecuali pawang ular & penyayang jenis reptile ini ) yang melihat makhluk ini dalam refleksnya pasti akan langsung membunuhnya karena sugesti yang sudah mengakar bahwa ular adalah jenis reptile yang mematikan walaupun tidak semua jenis ular berbisa dan mematikan. Foto diatas, adalah jenis ular King Cobra yang masih kecil dan salah satu jenis dari ular berbisa juga mematikan

Anak ular ini, ditemukan didalam sebuah kamar oleh rekan kami pada tanggal 05 Desember 2011 di daerah Muara Enim Sum-Sel. Setelah mendapat informasi dan masukan dari SIOUX via email melalui Sdr. Rudy Rahadian, akhirnya anak ular King Cobra ini kami bawa untuk diserahkan ke BKSDA Propinsi Sumatra Selatan pada tanggal 07 Desember 2011.

Selama di BKSDA, ular ini akan menjalani masa rehabilitasi hingga dewasa sebelum akhirnya dilepas kembali ke lingkungan yang baru.

Terlepas dari jenis berbisa atau tidak, sepertinya setiap ular akan menemukan titik akhirnya jika mereka berhadapan dengan manusia …..dibunuh, karena rasa ketakutan manusia pada makhluk ini yang memiliki kemampuan dapat mematikan atau….diburu, untuk diperdagangkan dimulai dari kulit, daging, sampai darahnya.

Ular ‘ berbisa ‘ memang dapat membunuh dan mematikan siapa saja korbannya selama mereka terancam dan terganggu. Tetapi…Manusia memiliki kemampuan lebih ‘ serba bisa ‘ lagi untuk segalanya “.

Semoga saja anak ular ini dapat tumbuh dan bisa kembali ke alam dimana tempat semestinya dia hidup dan menjalankan fungsinya sebagai rantai makanan.

ESAR

Salah Satu Mahasiswa Yarsi Ditemukan Tim Wanadri

Senin, 2 Februari 2009 | 17:43 WIB

BOGOR, SENIN — Trias (21), salah satu mahasiswa Universitas Yarsi yang tersesat di Gunung Salak, sudah ditemukan tim Wanadri yang mencarinya. Namun belum jelas, kondisi mahasiswa Universitas Yarsi Jakarta Pusat tersebut. Belum ada laporan lain mengenai nasib enam orang teman Trias.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bambang Supriyanto menginformasikan hal tersebut sekitar pukul 17.00 tadi. Jadi namanya bukan Tias, tetapi Trias. Dia SMS lagi ke Agung sekitar pukul 15.45 hari ini. Agung adalah kakak Trias, yang juga anggota perkumpulan pencinta alam Tribuana Yarsi, ungkap Bambang di Cimelati per telepon.

Bambang menjelaskan, informasi Trias sudah bertemu tim SAR Wanadri itu diperolehnya dari Heru, anggota RAPI Bogor, yang menerima telepon Agung dari Jakarta. Heru adalah salah satu volunteer di basecamp Cimelati, Sukabumi.

"Informasinya masih terbatas. Jadi, belum jelas bagaimana kondisi Trias. Yang jelas, sore ini tim Wanadri dan Trias belum bisa turun karena cuaca di sana tidak memungkinkan, kabut sangat tebal. Di Cimelati pun cuaca turun hujan terus dan jarak pandang sekitar 300 meter. Jadi, mereka nginap semalam di atas, baru besok pagi turun," tuturnya.

Ia menambahkan, tiga orang tim SAR dari Tribuanda Yarsi sudah turun, sampai di base camp Cimelati sekitar pukul lima sore. "Ketiganya tidak melanjutkan pencarian karena cuaca di atas gunung berkabut tebal. Ketiganya juga mengaku sempat tersasar, sehingga mereka memutuskan turun," kata Bambang.

Ratih P Sudarsono

ESAR Gn.SALAK

7 Mahasiswa Yarsi Hilang di Gunung Salak

Senin, 2 Februari 2009 - 14:03
TB Ardi Januar - Okezone

Gunung Salak (Foto: Wikipedia)

JAKARTA - Tujuh orang mahasiswa Universitas Yarsi Jakarta dikabarkan hilang saat mendaki Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat. Ketujuh mahasiswa tersebut adalah Sofyan (22), Reza (21), Hengki (22), Rizki (18), Kiki (18), Tika (18), dan Tias (18).

"Kami dapat kabar tadi siang. Sebanyak enam mahasiswa dan satu alumni dikabarkan hilang di Gunung Salak," ujar Pembantu Rektor III Isna Indrawati saat dikonfirmasi okezone per telepon, Senin (2/2/2009).

Ketujuh orang tersebut, lanjut dia, adalah kader Tribuana (organisasi pencinta alam di YARSI). Mereka pergi untuk melakukan refreshing usai menyelesaikan ujian.

Hingga berita ini diturunkan, pihak YARSI masih menunggu perkembangan ketujuh mahasiswa tersebut.(teb) (teb)

NEPENTHES

Selayang Pandang tentang Kantong Semar

pict1473.JPGBagi kalangan pencinta tanaman, jenis ini merupakan pendatang baru yang sedang naik daun. Kantong Semar sebuah nama yang tidak asing lagi bagi kita akan tetapi masih banyak orang yang belum melihat secara lansung si Tanaman Karnivora. Nepenthes, pertama kali dikenalkan oleh J.P Breyne. Nama Nephentes diambil dari sebuah nama gelas anggur. Di Indonesia, disebut sebagai kantong semar, dengan sebutan beragam di berbagai daerah, periuk monyet (Riau), kantong beruk (Jambi), ketakung (Bangka), sorok raja mantri (Jawa Barat). ketupat napu (Dayak Katingan), telep ujung (Dayak Bakumpai), dan selo begongong (Dayak Tunjung).

Tumbuhan yang termasuk dalam golongan tumbuhan liana (merambat) ditanah ataupun di ranting-ranting pohon,berumah dua, serta bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Hidup di tanah (terrestrial), ada juga yang menempel pada batang atau ranting pohon lain (epifit). Kantong Nepenthes merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yang memiliki fungsi menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya. Karenanya tumbuhan ini digolongkan sebagai tanaman karnivora (carnivorous plant), selain Venus Flytrap (Dionaea muscipula), sundews (Droseraceae) dan beberapa jenis lainnya. Tanaman karnivora umumnya hidup pada tanah miskin hara, khususnya nitrogen, seperti kawasan kerangas.

Nepenthes termasuk dalam famili Nepenthaceae dan kelas Magnoliopsida pada umumnya tumbuh pada hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, padang savanna dan tepi danau. Nepenthes tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Terdapat sekitar 82 jenis nepenthes di dunia dan 64 jenisnya berada di Indonesia Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) merupakan pusat penyebaran nepenthes di dunia. Sesuai dengan ketinggian tempat hidupnya, Nepenthes dibagi menjadi tiga golongan, yaitu yang hidup pada dataran rendah (0-500 mdpl (meter dari permukaan laut)), dataran menengah (500-1.000 mdpl) dan dataran tinggi (di atas 1.000 mdpl). Untuk di dataran rendah meliputi jenis N. gracilis, N. mirabilis, N. reinwardtiana, dan N. raflesiana, N. adnata, N. clipeata, N. mapuluensis merupakan jenis yang dapat hidup di dataran menengah. Sedangkan yang dapat tumbuh baik di dataran tinggi meliputi N. diatas, N. densiflora, N. dubia, N. ephippiata dan N. eymae. Perbanyakan tanaman Nepenthes dilakukan melalui stek batang, biji dan memisahkan anakan. Umumnya Nepenthes yang hidup terrestrial di dataran rendah tumbuh di tempat-tempat yang berair atau dekat sumber air pada substrat yang bersifat asam. Nepenthes juga membutuhkan cahaya matahari intensif dengan panjang siang hari antara 10-12 jam setiap hari sepanjang tahun, dengan suhu udara antara 23-31°C dan kelembaban udara antara 50-70%.

Manfaat Kantong Semar

Selain semangat tanaman hias Kantong Semar juga memiliki fungsi yang tidak kalah penting, diantaranya :

1. Sebagai Indikator Iklim

Jika pada suatu kawasan atau areal di tumbuhi oleh Nepenthes gymnamphora, berarti kawsan tersebut tingkat curah hujannya cukup tinggi, kelembapan diatas 75 %, tanahnya pun miskin unsur hara

2. Tumbuhan Obat

Cairan dari kantong yang masih tertutup, digunakan sebagai obat batuk.

3. Sumber air minum bagi Petualang

Bagi para pendaki gunung yang kehausan kantong semar jenis N. gymnamphora merupakan sumber air yang layak minum karena pH-nya netral (6-7), tetapi kantong yang masih tertutup, karena kantong yang terbuka sudah terkontaminasi dengan jasad serangga yang masuk kedalam, pH-nya 3 dan rasanya masam.

4. Sebagai Pengganti tali

Batang dari Kantong Semar ini bisa di gunakan sebagai pengganti tali untuk pengikat barang.

Ancaman Si Kantong Semar

Semua jenis Nepenthes adalah dilindungi, akan tetapi keberadaannya sekarang ini sudah semakin sedikit. Habitatnya yang semakin sempit baik itu di karenakan aktifitas manusia secara lansung maupun maupun tidak lansung.

Ancaman terhadap si Kantong Semar :

1. Pembukaan Kawasan Tambang

2. Pembukaan Kawasan Untuk Tambak

3. Eksploitasi jenis untuk di komersilkan

Pesona nephentes kini kian melejit. Banyak penggemar tanaman mulai mengoleksi beragam jenisnya. Keunikan sosok dan sifat menjadi daya tarik utama. Misalnya, kemampuan tanaman memangsa serangga. Meski umum ditemukan di dataran tinggi, tetapi beberapa mampu beradaptasi di dataran rendah. Sayang, merawat agar kantongnya banyak dan memperbanyak nephentes tidaklahlah mudah. Butuh penanganan dan perawatan yang tepat agar tampil prima. Bila tak piawai merawat, biarkan keindahan kantong semar itu berada di habitatnya agar si pemangsa tetap jadi penguasa Rimba Raya.

Carstensz Pyramid

Carstensz Pyramid is the highest mountain in Australia and Oceania. It is the eight summit in the Seven summits project (7 summits on 7 tallest mounatins on 7 Continets). Carstensz Pyramid is situated in west Papua (now named Papua province Indonesia). This Indonesian Province was called Irian Jaya till 2005. It lies in New Guinea, which is the world’s second largest island.

Carstensz Pyramid

Carstensz Pyramid Photo©JahodaPe­tr.com (Carstensz Pyramid & Papua Guide)

Height:

4884 m
(16023 ft)

Coordinates:

S 04°04.733
E 137°09.572

Locality:

New Guinea
west Papua

„Anyone who has once seen Carstensz Pyramid longs for it like it was a beautiful woman. It seduces you while remaining mysterious. Once in a while it shows you all of its beauty, only to be covered in the veil of mist a minute later. It is provocative but unattainable. It makes you tormented and restless, as it does us…“

Petr Jahoda – climber, Papua & Carstensz guide

Carstensz Pyramid or Puncak Jaya or Jaya Kesuma?

Carstensz Pyramid, called Puncak Jaya by some, and Puncak Jaya Kesuma or only Jaya Kesuma by others, is located to the west of the central highland called Jayawijaya and Sudirman Mountains. It is the tallest mountain in Australia and Oceania. Technically this means that Carstensz Pyramid is the tallest mountain between America and the Himalayas.

Illustration map of Glaciers. The name of Carstensz Pyramid is readable – Puncak Jaya Kesuma

Officially it carries the name of its discoverer – of John Carstensz, who was a Dutch sea-farer. In 1623 he brought news to Europe about the snowbound mountain right on the equator, but no one believed him. He was the first European to see Carstensz Pyramid with his own eyes.

Indonesian communists called it Puncak Jaya (the summit of victory), even though this name belonged to a different summit which was considered to be the highest (Nga Pulu). Yet another name for Carstensz Pyramid which is also often used, is Jaya Kesuma. This name is used in books published by Mapala University. However, these days Indonesia uses (rather inconsistently) both names of the mountain – Carstensz Pyramid and Puncak Jaya.

Sometimes you can run into misspelled „names“ used when referring to the Carstensz Pyramid, these include Karstens , Carstens, Carstenz, Carstenzs, Carstesz, Carstes, Carstez, Karstensz, Karstenz, Karstesz, Karstes, Karstez or Piramid. However, these all are typos. The only correct name is Carstensz Pyramid. Sometimes, the second name for Carstensz Puncak Jaya is mispelled and following incorrect forms are used instead: Puncak Jaja or Puncak Jaia. The most frequent typos are undoubtedly Karstens and Carstens. The former typo stems from the name of the Carstensz Pyramid discoverer, who is sometimes spelled as Jan Karstens.

The Question of Carstensz Pyramid’s height

The officially recognized height of the Carstensz Pyramid is 4884 m (16023 feet some sources claim 16013 feet). Despite that many sources still claim its height is 5030 meters (16503 ft). Australian navigational air maps quote 16503 feet (5030 meters). Still, in 1994, the height of the world recognized publisher of maps and guides from Verlag noted on the map “Indonesien Ost” the height 5030 m.

All our equipment (both altimeters and GPS’s) showed its height lower than 5000 meters (16400 feet) at the top of the Carstensz Pyramid. Therefore, in line with other reputable mountaineers, we denote the official height of Carstensz Pyramid 4884 meters (16023 feet). However, we are still in doubt about the reasons behind air navigational maps and Verlag being wrong.

Snow mountains on the equator?

Carstensz Pyramid – Middle Peak

Carstensz Pyramid – Middle Peak Photo©JahodaPe­tr.com

Carstensz Pyramid – Puncak Jaya (4884 m, 16023 ft), Puncak Mandala (4640m, 15223 ft), and Puncak Trikora (4730m, 15518 ft), are the three tallest and most well known mountains of west Papua. Carstensz Pyramid is the tallest of them, and it belongs to the Snow Mountains (Pegunungan Maoke in the local language). They are situated in the west of the central highland Jayawijaya.

The legendary tropical Snow Mountains are situated in the middle of endless jungles in West Papua. They are the logical ending of Cembalo Plato. Out of the three mentioned mountains, only Carstensz pyramid belongs among them. Although the massif of the Snow Mountains is not too high, and it lies 4 degrees south of the equator, it contains four relatively large glaciers. The largest of them is not the Carstensz Glacier, but Meren Glacier which fringes the Nga Pulu peak (4862 m, 15951 ft). Some Indonesians call this peak Puncak Jaya, because it was long considered to be the highest peak of Papua.

And where does the name Snow Mountains come from? There are not only glaciers on the summits, but the reason is also the fact that snowing is not unusual there. Tropical snow storm often bring snow to areas situated as high as 4000 m (13123 ft).

Graceful wall of Carstensz Pyramid

Carstensz Pyramid – Graceful wall

Carstensz Pyramid – wall Photo©JahodaPe­tr.com

The wall of the Carstensz Pyramid is about 500 – 600 meters (1640 – 1968 ft) high. In the upper part it is traversed by a gigantic ledge, in which to big culoars went. The bottom part of the wall – approx. 300 m (984 ft) is “neatly” bowed at an angle of 10 – 15°. The upper part of the wall is approx. 80 m (262 ft), and it is almost vertical. The peak crista of Carstensz Pyramid is largely rugged and exposed. Some climbers say that the wall of Carstensz Pyramid is as sharp as glass, and they are not far from the truth.

You can ger much more information about climbing the Carstensz Pyramid by exploring the pages linked from the menu on the left hand side.

We specialize on trips to the Carstensz Pyramid (Jaya Kesuma) so you can learn more on a dedicated page about carstensz pyramid expeditions with us.


SAR SYSTEM

TAHAPAN SUATU OPERASI SAR

Dalam sistem transportasi pelayaran dan penerbangan, faktor keselamatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem tersebut sehingga baik IMO maupun ICAO sebagai regulator secara internasional mengatur masalah keselamatan secara ketat melalui konvensi yang mengikat bagi negara anggota yang telah meratifikasinya. Sebagai pedoman bagi negara-negara anggota dalam mengimplementasikan pelayanan SAR di bidang pelayaran dan penerbangan maka IMO dan ICAO menerbitkan manual yang dikenal dengan IAMSAR Manual.

Dalam melaksanakan operasi SAR harus dilaksanakan secara cepat dan andal serta dilaksanakan oleh personel berketrampilan yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia pelayaran dan penerbangan, penyelenggaraan operasi SAR digunakan suatu sistem SAR, terdiri dari 5 tahap kegiatan ditunjang dengan dengan 5 komponen dengan memperhatikan 3 keadaan darurat (emergency phase).

Daftar isi:

Tiga Keadaan Darurat

Tiga fase keadaan darurat merupakan suatu fase dimana suatu sistem trasnportasi mengalami keadaan darurat. Fase ini tidak harus berurutan dari pertama sampai ke-tiga, dengan demikian keadaan darurat bisa langsung ke Distresfa sehingga operasi SAR harus segera dilaksanakan.

Fase Meragukan ('Uncertainly Phase/INCERFA)

Tahap ini merupakan tahap di mana kondisi penumpang pesawat/kapal dalam keadaan meragukan karena mengalami keterlambatan tiba di tempat tujuan sesuai waktu yang diperkirakan

Fase Mengkhawatirkan ('Alert Phase/ALERFA)

Merupakan kelanjutan dari tingkat INCERFA di mana penumpang pesawat/kapal dalam keadaan mengkhawatirkan karena keselamatannya terancam.

Fase Memerlukan Bantuan ('Distress Phase/DISTRESSFA)

Merupakan kelanjutan dari tingkat ALERFA dimana penumpang pesawat/kapal memerlukan bantuan karena pesawat keadaan mendarat darurat, jatuh atau kapal dalam keadaan tenggelam, tabrakan, terbakar dan lain-lain.

Lima komponen SAR

Untuk melaksankan operasi SAR secara cepat dan efektif maka harus tersedia lima komponen SAR.

Organisasi

Struktur organisasi tugas terdiri atas : SAR Coordinator (SC); SAR Mission Coordinator (SMC); On-Scene Coordinator (OSC); dan SAR Unit (SRU).

Fasilitas SAR (SAR Unit/SRU)

SRU adalah unit-unit yang melakukan operasi SAR di lokasi musibah/bencana, SRU terbagi menjadi tiga macam matra yaitu: SRU Laut seperti kapal dan rubber boat; SRU Udara seperti pesawat udara, helikopter; dan SRU Darat seperti Rescue Jeep, Rescue Truck dan ambulan.

Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk pertukaran informasi dalam kegiatan operasi SAR. Peralatan komunikasi yang digunakan seperti radion HF/VHF, telepon, INMARSAT, dan Beacon

Pelayanan darurat

Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara, termasuk pemberian bantuan medis kepada korban di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan/perawatan yang lebih memadai. Yang termasuk komponen ini adalah: posko-posko medis, dokter, paramedis, obat-obatan, dan rumah sakit

Dokumentasi

Adalah komponen berupa pendataan laporan atau kegiatan, biasanya didukung dengan data visual berupa foto/rekaman gambar seperti peta udara, laut dan topografi, analisa serta data-data seperti data kapal, data pesawat, dan manifes. Data-data ini akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta meningkatkan kemampuan operasi.

5 tahap operasi SAR

Penyelenggaraan operasi SAR dilaksanakan melalui 5 tahap rangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi SAR dalam merespon suatu kejadian musibah, dimulai sejak diketahuinya ada musibah hingga akhir penanganan musibah tersebut. Lima tahap tersebut adalah:

Tahap Menyadari (Awareness Stage')

Adalah tahap disadari/diketahui adanya keadaan darurat atau musibah yang mengancam keselamatan jiwa penumpang pesawat terbang/kapal. Dalam tahap ini kecepatan informasi awal yang disampaikan sangat penting untuk dapat mencegah keadaan darurat/musibah lebih lanjut. Informasi awal bisa berasal dari pesawat terbang/kapal yang mengalami distress, unit-unit siaga (ATS, Radio Pantai), atau masyarakat umum yang mendengar dan menyaksikan terjadinya musibah

Tahap Tindak Awal (Initial Action Stage)

Kegiatan awal dengan melakasanakan aksi setelah disadari adanya keadaan darurat seperti melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut: menentukan jenis keadaan darurat/musibah yang terjadi; menyiagakan fasilitas SAR; pencarian awal dengan menggunakan alat komunikasi (PRECOM) atau NOTAM.

Tahap Perencanaan (Planning Stage)

Pada tahap ini disusun rencana operasi pencarian, pertolongan, dan penyediaan tempat perawatan medis setelah evakuasi medis.

Tahap Operasi (Operation Stage)

Pada tahap yang merupakan pelaksanaan operasi berdasarkan rencana yang telah dilaksanakan.

Tahap Akhir Penugasan (Conclusion Stage)

Dalam tahap ini berarti pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan/penyelamatan dinyatakan telah selesai, semua SRU dikembalikan ke kesatuan masing-masing dan SMC membuat laporan.